Galaunya Setelah Jadi Sarjana

Dulu, waktu saya masih duduk di bangku kuliah yang sering muncul di pikiran saya adalah “cepet selesein kuliah, cepet kerja, cepet punya duit”. Pikiran itulah yang akhirnya mendorong saya untuk dapat menyelesaikan studi saya cepat waktu. Lalui skripsi, kemudian sidang, dan akhirnya hidup baru dan bahagia. It seems so simple, but not alike in real.

Kehidupan setelah masa kuliah selesai gak segampang yang saya bayangkan dulu. Now, I face it! It is real! Justru kesulitan dan kegalauan yang dialami semasa kuliah gak ada apa-apanya dengan kehidupan setelah kuliah. Ya, terkesan prestige memang, akhirnya menyandang gelar sarjana. Kalau dulu nulis nama cuma nama sesuai akte, sekarang di belakang nama kita ada embel-embel sarjana bla..bla..bla.. hahhh.., itu cuma kulit luarnya saja. Gelar sebenar-benarnya adalah pengangguran buat saat ini.

Kalau dulu semasa kuliah begadang sampai pagi gara-gara ngerjain tugas, facebook, twitter, dan hiburan-hiburan lain. Sekarang? Ritual baru tercipta. Setiap malam buka email, buka jobstreet, search lowongan di google agar gelar pengangguran ini segera lepas. Well, memang sih masih hitungan bulan saya lulus, dan wisuda aja masih belum. Tapi keadaan ini benar-benar bikin stress. Setiap malam tidur rasanya gak bisa enak. Selalu kepikiran “oh…, hari ini gak ada satupun perusahaan yang menghubungi padahal selusin lamaran sudah dikirim”. Rasanya mata juga sampai panas nontonin layar leptop gara-gara search lowongan semalam suntuk.

Apa sih kesulitannya? Oke.. sejauh ini kesulitan yang saya rasa waktu mencari lowongan kerja adalah jenis sarjana yang dibutuhkan. Saya sudah kenyang rasanya melihat lowongan untuk sarjana teknik, ekonomi, akuntansi, psikologi, tapi tidak buat sarjana sastra. Saya sampai berpikir, di manakah lahan sarjana sastra sesungguhnya? Rata-rata orang bilang mengajar. But, I believe that’s not the best field for those who have bachelor degree in literature. I’m sure enough that there is another field outside. Dan saya juga gak mau mengajar. Bukannya apa, saya sudah merasakan dunia mengajar dan menurut saya itu bukan tempat saya.

Selain kesulitan permintaan sarjana, kesulitan lainnya adalah ketersediaan lahan. Terlebih di Malang. Saya merasakan betapa langkanya lapangan pekerjaan di Malang sini, terlebih untuk sarjana. Kalau saya lulusan SMA atau sederajat, saya bisa menemukan macam-macam pekerjaan di sini. Tapi saya punya tingkatan lebih tinggi, dan tentunya ingin pekerjaan yang sesuai dengan jerih payah saya selama duduk di bangku kuliah. Bisa saya bilang, di kota Malang sini sarjana ada ratusan. Tapi lapangan kerja? Hemm.. sulit, sungguh.

Beberapa teman saya tahu sudah dapat menghasilkan uang melalui kerja freelance. Misal menjadi guru les, penterjemah, atau penulis artikel. Kalau saya mau, saya pun bisa memasuki lahan tersebut. Tapi menurut opini pribadi saya, pekerjaan tersebut adalah tempat untuk mencari uang, pure uang. Saya sudah cukup merasakannya saat dulu masih kuliah. Saat ini yang harus dikejar utama bukanlah uang, tapi pengalaman untuk batu loncatan. Karena itu untuk saat ini saya belum melirik lahan tersebut untuk bekerja.

Kalau saran dari orang-orang terdekat saya sih untuk saat ini yang penting usaha terus. Usaha, jangan pernah merasa capek sampai hasilnya kelihatan, dan berdoa pastinya. Jadilah pribadi yang aktif dan berani. Jangan pernah takut mencoba dan selalu berpikir positif. Ibu saya pun menyarankan “sudah, kirim aja lamaran kemana-mana gak ada salahnya, masa dari sekian banyak nanti gak ada satupun yang nyantol.” Jadi beginilah saya sekarang, jadi seorang job hunter. Asalkan saya rasa kualifikasi yang diminta bisa saya penuhi saya langsung apply.

Yah.., seperti inilah sulitnya hidup. Bukan berarti kalau yang sekarang lagi kuliah dilama-lamain aja kuliahnya soalnya setelah lulus juga belum karuan. Tetaplah pegang prinsip jangan kuliah lama-lama. Kasihan ortu bayarin spp terus, padahal harusnya udah pensiun bayar spp anak. Selain itu umur ketuaan dan belum pernah kerja juga sulit buat apply job loh. Serba salah ya? Hihi..  yang penting jalani semua dengan sebaik-baiknya dan jangan putus berdoa.

Hmm, semoga saya bisa cepat dapat kerja. Apapun itu. Karena jadi pengangguran itu benar-benar bikin stress..